Pada tanggal 16 Mei 2025, Sekolah Harapan Bangsa (SHB) mengadakan perayaan Waisak yang meriah. Acara ini dilaksanakan di gym sekolah dasar. Di gym tersebut hadir para guru, dua orang biksu, siswa-siswi sekolah dasar, taman kanak-kanak, SMP, dan SMA. Di sana, kami membasuh patung Buddha kecil dengan air, dan terdapat bunga-bunga, terutama bunga teratai; airnya harum sekali. Saya sempat melakukan sedikit kesalahan, namun saya dibimbing oleh guru-guru yang hadir di sana.
Awalnya, kami datang ke sekolah seperti biasa. Kami menyanyikan lagu Indonesia Raya, berdoa, dan mengucapkan ikrar. Setelah itu, kami mengikuti pengumuman pagi seperti biasanya. Usai pengumuman, kami menuju ke luar untuk naik bus sekolah karena kami harus pergi ke gym sekolah dasar. Di sana, kami disambut oleh siswa-siswa kelas 7 yang bertugas. Kami duduk di tempat yang telah ditentukan dan mengobrol satu sama lain sambil menunggu kedatangan para biksu. Suasananya sangat ramai namun penuh keceriaan. Kami juga menyanyikan sebuah lagu sebelum para biksu datang. Setelah itu, siswa-siswa yang bertugas mulai menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan di altar.
Saat para biksu masuk, kami diminta untuk berdiri dan melakukan Anjali. Para biksu kemudian duduk dan salah satunya memimpin doa. Biasanya, kami mengikuti tradisi Theravada, di mana doa-doanya menggunakan bahasa Pali, namun kali ini kami mengikuti tradisi Mahayana, di mana doa-doanya diucapkan dalam bahasa Mandarin. Saat biksu memimpin doa, ia membacanya dengan sangat cepat dan lancar. Kami mencoba mengikuti kecepatannya, tetapi kami kesulitan karena belum terbiasa. Setelah doa selesai, para biksu menjelaskan bahwa kami akan menuangkan air ke patung Buddha kecil. Para biksu menjelaskan cara melakukannya dengan benar. Kami semua melakukannya secara bergiliran, masing-masing berpasangan dua orang. Siswa taman kanak-kanak terlebih dahulu, lalu siswa sekolah dasar, SMP, dan terakhir SMA. Setelah menuangkan air ke patung Buddha kecil, kami diberi air yang sudah didoakan. Setelah menerima air tersebut, kami kembali duduk di tempat masing-masing. Para biksu kemudian memberikan pelajaran Dhammadesana. Kami mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang disampaikan oleh biksu.Menjelang akhir acara, kami melakukan fangshen, yaitu melepaskan sepasang burung. Itu adalah momen yang luar biasa. Setelah fangshen, kami mencuci tangan, lalu para biksu pun meninggalkan tempat. Kami kembali berdiri dan melakukan Anjali. Setelah itu, kami bergiliran naik bus sekolah dan kembali ke SHB 3, di mana kami mendapat makan siang dan air secara gratis. Setelah itu, kami kembali mengikuti jadwal seperti biasa, namun guru Agama Buddha kami memahami bahwa kami kelelahan sehingga tidak belajar apa pun hari itu.
WhatsApp us